Friday, December 27, 2013

GADIS BERAMBUT GELAP.

Malam ini cahaya bulan terlihat begitu redup. Aku bahkan tak bisa merasakan hangat cahayanya seperti biasa. Terasa begitu hening dan sepi. Hanya ada angin yang bertiup lembut. Lembut dan dingin. Aku dapat merasakan aroma dinginnya pada sekujur tubuhku. Membuatku bergidik dan merasa kaku.

Suara burung di seberang sana terdengar sayup-sayup. Menambah rasa sepi sekaligus pilu.
Aku menatap langit seorang diri. Rupanya bintang juga tak mau hadir untuk menemaniku malam ini.

Air mataku mengalir.
Tidak lagi hangat.
Aku menangis. Meraung dan merintih.

Aku ingin mengadu. Aku ingin menceritakan kisahku. Kisah piluku yang menghilang terkubur oleh waktu.

Tapi mereka semua malah pergi.
Mereka berlari.
Mereka seakan tak peduli dengan rintihanku yang terdengar menyayat hati.

Aku masih merintih. Hatiku sangat perih.
Dingin malam ini membawaku kembali pada sebuah tragedi.
Saat pria-pria itu mencumbui tubuhku dengan liar setelah menikamku berkali-kali dengan sebilah belati.
Darahku mengalir deras dan hangat kala itu.

Tidak seperti saat ini.

Semuanya terasa dingin dan kaku.
Bahkan pohon rindang berdaun lebat yang kusinggahi ini pun tak mampu memberikanku sedikit rasa hangat.

Aku merintih lagi.
Menangisi kesendirianku.
Menangisi perkataan kalian, yang selalu berteriak hantu ketika melihatku.