Aku ingin berteriak sekencang-kencangnya,
Pada teriknya siang kala itu
Pada pesawat yang berlalu lalang di Bandara Soetta--Yang seakan tertawa di atas kesedihanku merelakanmu
Pergi--tanpa pernah kembali
Aku ingin menangis sejadi-jadinya--Karena hati yang patah
Pada janji yang tak pernah bisa kau tepati
Aku ingin marah,
Membabi buta
Memakimu sekasar-kasarnya,
Anjing! Tai! Bangsat! Brengsek! Bajingan!--Yang tak pernah bisa benar-benar bersuara
Karena pada setiap derap langkahmu berlalu, mulutku bungkam terpaku
Aku ingin sekali membenci,
Pada Dewata Bali--Yang mempertemukan kita, yang membawa trauma yang menggila
Tuhan--Aku ingin mati.
FHM ARF
Monday, September 10, 2018
Biasa Saja
Kayu hangus menjadi abu,
Api menyisakan asap, melayang bersama gelapnya
malam yang getir dan tabu
Pekat putih yang terseok oleh sepoi angin
Berselimut dingin
Sungguh,
Sebelum tubuh ini membiru
Sebelum raga ini membusuk & kaku, ingin
ku ceritakan sesuatu
Tentang remangnya senja, tentang hijaunya
rumput, atau birunya laut dan ombak yang berdesir menabik pasir
Tentang apa saja, asal bukan tentang kamu
Di dalam jiwa yang lara,
Tenggelam dalam duka dengan gurat luka yang
menganga,
“Sejujurnya, aku ingin menjalani hidup ini
biasa saja. Dengan sederhana saja—(Mungkin) menghabiskan waktu bersama dengan
seseorang yang memiliki pemikiran yang kurang lebih sama. Duduk di depan teras rumah penuh canda,
sesekali tertawa. Membicarakan tentang kita. Membicarakan hal-hal yang tak
melulu persoalan harta atau kekurangan yang lainnya.”
Friday, August 24, 2018
April 2017, Tahun Lalu
Kasih,
Bercintalah denganku, sekali lagi
Cumbui aku seperti saat pertama kali kita bertemu
Pada Dewata, di sepertiga malam menjelang pagi
Kasih,
Masih ingatkah betapa hangatnya geliat tubuh kita kala itu?
Mengalun syahdu
Membara bak api membakar kayu
Sampai hangus menjadi abu--Mendengus keras derai nafasmu
Kasih,
Lihatlah aku seperti pada kali kita bertemu
Penuh berahi, merangsek nafsu
Kasih,
Tak ingatkah selepas itu? Kau mendendangkan pelbagai buaian cinta yang memburu
Kau berbisik, "Sepertinya aku telah jatuh padamu.."
Pada bilah bibirku yang kau kecap seperti madu
Kau membual janji, takkan melangkah pergi
Kasih,
Kembalilah padaku...
Bercintalah denganku, sekali lagi
Cumbui aku seperti saat pertama kali kita bertemu
Pada Dewata, di sepertiga malam menjelang pagi
Kasih,
Masih ingatkah betapa hangatnya geliat tubuh kita kala itu?
Mengalun syahdu
Membara bak api membakar kayu
Sampai hangus menjadi abu--Mendengus keras derai nafasmu
Kasih,
Lihatlah aku seperti pada kali kita bertemu
Penuh berahi, merangsek nafsu
Kasih,
Tak ingatkah selepas itu? Kau mendendangkan pelbagai buaian cinta yang memburu
Kau berbisik, "Sepertinya aku telah jatuh padamu.."
Pada bilah bibirku yang kau kecap seperti madu
Kau membual janji, takkan melangkah pergi
Kasih,
Kembalilah padaku...
Thursday, August 23, 2018
SEKELUMIT KUMPULAN TWIT!
Teman;
Pada akhirnya kita hanya saling menyadari, bahwa waktu tidak hanya berputar dan berlalu. Ia selalu berdetak maju membawa sesuatu yang baru. Entah. Bisa saja kedekatan yang semakin seru. Atau kehilangan yang begitu biru. Sampai pada titik enyah, membeku, & terbujur kaku.
Rindu kerap kali datang membabi buta. Namun jumpa, tak pernah sampai pada titik temu. Di pojok ruang, rindu menguap menjadi hampa.
Rasanya ingin berdoa untuk kalian berdua, jangan pernah baik-baik saja. Tapi Tuhan yang lebih berkuasa. Atas semua rasa. Sebab kita adalah dosa. Yang tak akan pernah bisa menjajaki syurga.
Kita pernah ada di antara daun gugur dan senja yang kian renta. Bertatap tanpa berbicara. Memberi kesempatan pada hening dan diam untuk bertahta.
Perlukah saling membenci dan melukai? Bukankah jauh sebelum ini kita pernah saling memagut liar, melumat rindu, menanggalkan pakai, mendendangkan cinta tanpa sehelai lekat benang?
Jika memang cinta perihal rasa, lalu bagaimana dengan semua penilaian yang lahir dari bola mata? Kasih, bukankah hidup ini selayaknya fatamorgana.
Fana.
Kita pasti renta dan menua. Menghilang dibalik lembab dan merahnya tanah.
TITIK.
Waktu memberangus semua tanya. Dalam gurat pilu, langkah jatuh berhenti. Jiwaku pulang, kembali mesra dalam peraduan semesta. Rasa yang tak pernah usai, detik ini selesai.
Pada lengang jalan raya malam itu, aku telah jatuh cinta padamu untuk keseribu atau sejuta. Meski pada akhir, kau memilih mencintai dirimu sendiri dan pergi.
Sedang aku, tetap memilih setia.
Pada lampu lalu lintas yang merah menyala, kita pernah saling menggenggam diam-diam. Memberi sedikit senyum menahan tawa.
Mari rayakan, sang sepi.
Yang tak bertepi.
Yang mampu mencabik lebih dari belati.
Yang membunuh tanpa membuat mati.
Kita kembali pada titik awal. Berpura-pura tidak lagi saling mengenal. Kau baik-baik saja dengan duniamu. Sementara aku sibuk berkutat dengan berahi untuk melupakanmu.
Kamu menanggalkan jejak dengan jarak. Tapi cinta ini utuh. Meski tak dapat lagi menggenggam hatimu, biar doa dalam setiap sujudku mengiringimu melangkah berlalu.
Pada angin yang menyibak daun renta, kutitipkan rindu. Pada riuh air hujan yang menggenang, ku simpan kenang.
HAI! HOLA, HALO, KONTES SUARA!
Wah, gilak sih! Udah hampir 2 tahun lebih, gue bahkan nggak menyentuh blog ini sama sekali, karena kesibukan yang.... sebenernya.... itu-itu aja dan gak penting-penting banget juga.
Iya-iya, dua tahun lebih, rasanya males banget buat buka blog sendiri. Padahal ini blog, bahkan gue masukkin ke CV buat jadi refrensi tulisan-tulisan gue. Males buat buka blog ini, juga dipersembahkan oleh leptop lama gue yang udah super lemot dan berakhir gue rebahkan di dalam lemari biar jadi prasasti. Karena kalopun gue jual, rasa-rasanya dituker sama sekarung beras aja nggak bakalan ada yang mau. Tapi sayang juga kalo dijual, karena beliau merupakan leptop pertama gue dan pemberian bokap waktu gue kelas 3 SMA. Banyak kenangan dan ceritanya. Dari mulai gue ngambek gak karuan sampe akhirnya dibeliin, juga banyak simpen foto-foto alay akoh jaman dulu. Ya, pokoknya banyaklah ceritanya.
Singkat cerita, akhirnya gue juga udah beli leptop baru nihhhh ^^ Belom lunas, btw. Cicilannya masih 1 x lagi. Dicicil 6 bulan, dan sekarang masuk bulan terakhir (Lah, kenapa jadi curhat). Intinya, kayaknya mulai sekarang gue akan mulai nulis-nulis lagi. Percuma leptop baru gue dianggurin gak ada faedahnya.
Sebenernya (Gue gak tau sih, masih ada yang buka blog ini atau nggak sama sekali) tuh kan... gue jadi lupa mau nulis apa. O iya, tulisan gue sebenarnya masih ada dan lumayan banyak. Biasalah, masih seputar puisi-puisi abal atau cerita pendek ala-ala gitu. Tapi belakangan gue lebih sering post di InstaStory atau malah di Twitter.
Well, dua tahun lebih berlalu, banyak banget cerita yang gak sempet tertulis di sini. Bahagia, sedih, marah, semuanya campur aduk jadi satu. Dari mulai kerja, pindah kerja, nganggur, kerja lagi, nganggur lagi, kerja freelance, jalan-jalan, jatuh cinta, patah hati, sampe akhirnya sekarang nganggur lagi dan masih sedikit patah hati (cie elah!) banyaaakkk pokoknya.
Yaudahlah, gak usah panjang-panjang. Mungkin gak akan dibaca juga. Intinya, akhir kata, sebelum Wassalamu'alaikum Wr Wb, cuman mau bilang...
FAHMI IS BACK, YOWWWWH!
Iya-iya, dua tahun lebih, rasanya males banget buat buka blog sendiri. Padahal ini blog, bahkan gue masukkin ke CV buat jadi refrensi tulisan-tulisan gue. Males buat buka blog ini, juga dipersembahkan oleh leptop lama gue yang udah super lemot dan berakhir gue rebahkan di dalam lemari biar jadi prasasti. Karena kalopun gue jual, rasa-rasanya dituker sama sekarung beras aja nggak bakalan ada yang mau. Tapi sayang juga kalo dijual, karena beliau merupakan leptop pertama gue dan pemberian bokap waktu gue kelas 3 SMA. Banyak kenangan dan ceritanya. Dari mulai gue ngambek gak karuan sampe akhirnya dibeliin, juga banyak simpen foto-foto alay akoh jaman dulu. Ya, pokoknya banyaklah ceritanya.
Singkat cerita, akhirnya gue juga udah beli leptop baru nihhhh ^^ Belom lunas, btw. Cicilannya masih 1 x lagi. Dicicil 6 bulan, dan sekarang masuk bulan terakhir (Lah, kenapa jadi curhat). Intinya, kayaknya mulai sekarang gue akan mulai nulis-nulis lagi. Percuma leptop baru gue dianggurin gak ada faedahnya.
Sebenernya (Gue gak tau sih, masih ada yang buka blog ini atau nggak sama sekali) tuh kan... gue jadi lupa mau nulis apa. O iya, tulisan gue sebenarnya masih ada dan lumayan banyak. Biasalah, masih seputar puisi-puisi abal atau cerita pendek ala-ala gitu. Tapi belakangan gue lebih sering post di InstaStory atau malah di Twitter.
Well, dua tahun lebih berlalu, banyak banget cerita yang gak sempet tertulis di sini. Bahagia, sedih, marah, semuanya campur aduk jadi satu. Dari mulai kerja, pindah kerja, nganggur, kerja lagi, nganggur lagi, kerja freelance, jalan-jalan, jatuh cinta, patah hati, sampe akhirnya sekarang nganggur lagi dan masih sedikit patah hati (cie elah!) banyaaakkk pokoknya.
Yaudahlah, gak usah panjang-panjang. Mungkin gak akan dibaca juga. Intinya, akhir kata, sebelum Wassalamu'alaikum Wr Wb, cuman mau bilang...
FAHMI IS BACK, YOWWWWH!
Sunday, April 17, 2016
Hujan Jam 5 Sore
Mungkin ini
bukan seperti puisi kebanyakan,
Jika kau
berharap pada buaian kata-kata indah yang sulit dimengerti
Ini hanya
sebuah susunan kata, yang dirangkai menjadi kalimat
Berisi sebuah
elegi
Curahan hati
Seseorang
yang sedang mencari setangkup ketenangan,
Jauh dari
hingar bingar yang memekakkan
Seseorang yang
berusaha berlari dari gegap gempitanya kehidupan,
Yang mereka
bilang—menyenangkan
Bergantung pada
segelas minuman memabukkan, menjanjikan kebahagiaan
Seseorang yang
butuh untuk sendiri—sejujurnya tidak benar-benar ingin sendiri,
Terjebak dalam
tanda tanya besar
Apa yang
menjadi keinginan?
Bahu untuk
bersandar?
Tubuh yang
merindukan hangatnya pelukan
Seseorang
yang terlalu sering membual pada dirinya sendiri,
Berkata lirih,
Semuanya baik-baik
saja, sembari tersenyum dengan lebar.
-FHM
Tuesday, March 1, 2016
Saat Dia Tidak Ada
Dan lalu…
Kamu tetap
pada tegar pendirian mu. Memilih melangkah menjauh. Pergi.
Menyisakan
saya yang hanya bisa terperangah dengan sembab mata, diam sejuta bahasa,
mendengar derap tiap langkah mu yang perlahan menghilang di balik sebuah pintu
kayu. Lenyap bersama deru kendaraan yang tak bisa saya tebak ke mana arah
tujunya.
Sesak dan
penuh. Berbagai tanya memberangus seisi kepala.
Mengapa dan
kenapa?
Kini hening
tak hanya membanjiri suasana, pun hati saya yang kalut bercampur beratnya rindu
yang tiba-tiba merangsek tak lagi kenal waktu. Kalau saja derai air mata ini
tak deras mengalir, maka saya akan lebih memilih untuk terbahak. Menertawai
kamu dan saya. Yang sebelum hari ini, masih menjadi dan mendendangkan tentang
sebuah kita. Ya, bukankah kita seperti lelucon yang mengundang gelak dan buncah
‘hahaha’? Persetan dengan semuanya! Kita sudah berusaha dengan keras mencoba
mempertahankan sesuatu yang bahkan tidak pernah ada. Tidak pernah ada. Dan kamu
yang baru saja berjalan pergi, memilih mengakhiri sesuatu yang bahkan belum
pernah benar-benar kita mulai bersama. Ini menjadi semakin rumit dan gila.
Kenapa kamu
terlalu terburu-buru begitu?
Kamu bisa
saja memberikan saya pelukan untuk terakhir kalinya. Bukan hanya tatapan nanar
yang membuat saya mati tenggelam di dalamnya.
Kenapa kamu
menjadi begitu kelu dan beku?
Kamu bisa
saja memagut bibir saya dengan nafas lembut yang perlahan menderu. Dipenuhi hawa
nafsu. Persis, seperti dulu. Kamu bisa
saja menggenggam jemari saya. Seperti yang dulu sering kamu lakukan.
Saat dia
tidak ada.
Subscribe to:
Posts (Atom)