Wednesday, June 27, 2012

Dia

Dia membungkam mulutnya. Tak dapat berbicara. Menarik garis bibirnya dengan paksa. Dia kembali berusaha sekuat tenaga menahan rasa sakit yang mendera. Merobek. Menusuk hatinya.
Air mata pun tak dapat Dia keluarkan. Tertahan. Oleh segurat senyum di hadapannya, diiringi cerita yang membuatnya tampak begitu bahagia.

Dia mendengarkan.
Pujaan hatinya yang bercerita mengenai kekasihnya. Yang sangat dicintainya. Yang ingin dinikahinya.

Bagaimana menahan rasa sakit ini? Harus ikut bahagia atau keluar dan pergi saja?
Rasa suka yang lama terpendam. Rasa suka yang terbungkam.

Dia menyukainya. Sangat menyukainya. Bahkan lebih daripada kekasihnya.
Temannya, oh, pujaan hatinya, sudah memilih orang lain untuk menjadi pendamping hidupnya.

Dia,
Hanya nestapa.

No comments:

Post a Comment