Sunday, December 9, 2012

Surat Untuk Mu,

Tuhan, aku berterima kasih karena kau sudah memberikanku kesempatan untuk menghirup segarnya udara di dunia ini. Aku berterima kasih kau sudah membiarkanku merasakan sedikit apa yang dinamakan kasih sayang, di tengah manusia yang disebut keluarga dan pertemanan. Aku berterima kasih kau sudah mengizinkanku melihat betapa indahnya jagat raya ini.

Tuhan, bisakah kau membiarkanku kembali pulang menemuimu saat ini? Aku tak bisa terus hidup dengan perasaan yang sudah kau titipkan. Perasaan yang tak pernah dapat ku pendam dan hanya akan terus membubuhkan perihnya luka.
Mengapa Tuhan, mengapa dari sekian banyak manusia kau memilih aku untuk mempunyai perasaan yang seperti ini? Perasaan yang selalu akan menjadi salah dan tak akan pernah ada yang mengerti. Karena mereka hanya akan dapat membenci dan mencaci.

Aku ingin sekali memelukmu. Bersandar pada bahumu. Merasakan hangat. Aku ingin melupakan semuanya. Aku hanya ingin mencintaimu. Hanya dirimu. Jangan biarkan aku mencintai yang lainnya kecuali hanya engkau. Aku akan menjadi setia untuk selalu berada di sisimu. Aku berjanji padamu, Tuhan.

Biarkan aku menjadi kupu-kupu kecil yang hanya tahu menari di taman syurgamu. Atau biarkan aku menjadi sekuntum bunga yang dapat mempercantik nirwana.

Ajak aku menemuimu, Tuhan. Biarkan aku meninggalkan segala luka.
Kirimkan malaikatmu, untuk mengajakku pergi.

Biarkan saja aku mati.

Tuesday, November 27, 2012

Aku

Bintang mulai meredup. Rembulan akan kembali jatuh tertidur. Hanya ada angin yang berhembus menyentuh lembut ranting kering yang mulai retak.
Di tengah gulitanya malam, ditemani cahaya lampu berwarna remang, sosok itu berjalan menelusuri liku.

Aku.

Benak ini sedang berkecamuk. Ingin mengamuk. Ingin melemparkan sejuta emosi yang tak dengan mudah dapat mereda.
Hati ini terus mengerang. Pertanyaan menjadi sebuah pesakitan.

Lemah. Seperti kalah.

Dalam goyah yang merasuk,  aku terjatuh di atas tanah berbatu kasar. Merasakan gusar. Seperti ingin menyumpah serapah dengan kasar.

Aku.

Seorang pesakitan. Seorang nista yang tidak pernah menemukan pintu untuk kembali pulang. Seorang kerdil yang bahkan tidak tahu kemana harus melangkah.

Aku ingin menghilang. Meninggalkan perasaan pahit berbalut getir. Aku ingin menyendiri bersama gelombang laut yang sunyi.

Tapi lelah ini memelukku. Lelah ini meracuni aliran darahku. Meremas setiap otot dan persendianku. Lelah ini membelenggu.

Aku.

-FHM-




Wednesday, September 26, 2012

Orang ketiga

Katanya, jangan pernah menjadi orang ketiga.

Karena menjadi orang ketiga adalah sebuah kesalahan. Bahkan sebuah dosa. Penghancur pembawa nestapa.

Katanya, jangan pernah menjadi orang ketiga.

Karena pada akhirnya, hanya sakit yang akan pernah kau rasakan. Hanya akan ada segelintir kenangan yang akan menjadi siksaan. Yah, hanya kenangan yang dapat ditinggalkan.

Tapi,
Bagaimana kalau dia mencintai orang ketiga melebihi kekasihnya? Bagaimana kalau ia lebih merasa nyaman dan bahagia bersama orang ketiga? Bagaimana kalau syurga itu berada di tangan penghancur si pembawa nestapa?
Tertawa, tersenyum, menari, bernyanyi, menangis .... Semuanya terasa manis. Semuanya terasa begitu hidup setelah lama mati.
Apa akan tetap menjadi sebuah dosa kalau ia bahkan mampu mencintai melebihi kekasihnya? Mampu membuatnya terbius dalam perasaan penuh damai dan kasih penuh cinta?


"Orang ketiga memang akan selamanya menjadi orang ketiga. Tidak akan pernah dapat menggantikan yang pertama. Tapi setidaknya, orang ketiga mampu menjadi yang utama. Meskipun ketiga, bukan berarti dapat dilupa."

- fhm

Monday, August 20, 2012

Malam ini, aku rindu

Aku sedang rindu padamu. Yang saat ini, sedang merindukan orang lain. Yang saat ini, kalian sedang saling bercanda mesra melalui sebuah pesan dalam telepon genggam. Atau mungkin, yang saat ini kalian sedang menghabiskan malam berdua melalui telepon.

Bolehkah aku merindukanmu yang tengah merindukan kekasihmu?

Aku rindu.

Namun, aku hanya akan ada di saat kau membutuhkanku. Tapi tak apa. Asal bisa menatapmu, melihat senyum dan mendengar suaramu...
Tak apa.

Karena aku di sini, memang hanya sebagai temanmu.

Sunday, July 29, 2012

GoodBye Black :'( Terimakasih :')





Hari ini aku berduka. Dia yang sudah ku jaga dan menemaniku selama 12 tahun, akhirnya harus pergi menghembuskan nafas terakhirnya.
Berat, tapi aku harus menerimanya dan berkata selamat tinggal untuk Black. Peliharaan yang sudah menjadi teman bahkan sahabat sejak aku duduk di kelas 3 SD. Lebih dari itu, ia sudah menjadi bagian dari keluargaku.

Selamat jalan, Black...

Terimakasih karena semenjak dulu kau yang selalu menjadi teman terbaikku. Menjadi teman bermain semasa kecil. Banyak kenangan indah yang sudah kau berikan kepadaku.

Aku ingat saat kau masih sangat kecil, kau berlarian mengejarku dan membuat aku tertawa karena kau menggigitku dengan geli.
Atau saat aku bermain sepatu roda dan menggendongmu sambil berkeliling. Waktu itu aku tersandung dan terjatuh. Lalu aku menangis. Menangis dengan keras karena aku pikir kau akan mati karena tertimpa tubuhku. Tapi ternyata kau hanya diam dan tetap memelukku.

Banyak sekali kenangan yang sudah kau berikan kepadaku.

Aku pasti akan merasa sangat kehilanganmu. Bahkan sekarang aku sudah merindukanmu. Sudah tidak akan ada lagi yang berteriak ketika aku bernyanyi di dalam kamar mandi dan memanggil namamu. Tidak akan ada lagi yang berteriak saat aku datang untuk memberikanmu makan setiap pagi. Tidak akan ada lagi yang tiduran manja karena ingin kuusap saat memberikanmu makan.

Maaf, karena aku tidak mengurusmu dengan baik beberapa tahun terakhir ini. Aku tahu kau kesepian karena aku tidak bisa lagi mengajakmu bermain seperti dulu. Tapi sungguh, aku begitu menyayangimu.
Setiap ingin pergi, hanya teriakanmu yang ku ingat karena lapar meminta makan. Hanya kamu yang selalu aku khawatirkan. Itu sebabnya aku selalu menolak pergi bersama temanku selepas kuliah. Hanya untuk cepat sampai rumah dan memberimu makan.

Rasanya, baru kemarin aku berniat untuk membelikanmu vitamin. Agar kau kembali sehat seperti dulu.

Tapi pagi tadi, aku melihatmu yang dulu begitu gemuk dan bersemangat sudah menjadi kurus dan lemas :'( sungguh seberapa banyakpun air mata yang ku keluarkan kini tidak akan pernah bisa untuk mengembalikanmu lagi.

Aku senang, karena ketika ingin pergi untuk selamanya pun kau masih menungguku untuk memelukmu. Untuk mengucapkan segelintir kata selamat tinggal.
Aku menyayangimu, Black. Kami sekeluarga menyayangimu. Terimakasih sudah menjadi bagian dari keluarga kami selama 12 tahun ini.

Selamat jalan, Black.

Semua kenangan bersamamu tidak akan pernah bisa aku lupakan sampai kapanpun. Kita akan bertemu lagi nanti. Di sana. Mungkin kita akan berlarian bersama lagi di taman indah nirwana.

Aku sudah merindukanmu, merindukanmu :'(

Saturday, July 21, 2012

Mimpi

Angin yang menderu lembut, mengusap wajah yang nampak begitu berseri. Rasanya hangat. Mentari senja memang selalu hangat.
Taman ini begitu besar. Begitu ramai.
Suara alunan musik yang mendayu, akan membuat siapa saja yang mendengar langsung ingin menyandarkan tubuhnya pada sebuah kursi kayu yang berada di taman ini. Suara nyanyian gadis di sana pun begitu merdu selaras dengan petikan gitar yang siap merelaksasikan setiap jiwa.
Sedetik pejaman mata, seperti mampu menghapuskan kendala yang singgah.

Hanya sebuah mimpi yang dapat membawaku berada di sini. Di taman ini.

Gedung-gedung bertingkat di belakang sana, seperti sebuah latar belakang yang menjadi saksi. Semu.

Tubuhmu hangat. Seperti mentari senja hari ini.
Dalam bidangnya pelukmu, kau menyandarkan kepalaku. Sambil mendengarkan irama, kau tersenyum.
Aku tak dapat berkata. Hanya mampu menikmati aroma tubuhmu yang wangi. Menikmati setiap keindahan ciptaan Tuhan di dalam setiap garis wajahmu.

Jangan berbicara. Aku hanya ingin menikmati setiap romansa ini dalam diam.

Mengerti, bahwa semua ini hanya mimpi di malam ini. Karena saat deringan waktu berbunyi, semua akan sirna. Dan aku akan tetap sendiri. Di balik selimut dalam ruang kecil dan gelap ini.

Wednesday, June 27, 2012

Tuhan

Tuhan
Buat aku mencintaimu
Cinta yang begitu besar, hingga aku buta dengan cinta yang lainnya

Tuhan,
Izinkan aku menyandarkan kepalaku di bahumu
Izinkan aku mendekapmu erat dan terisak dalam pelukmu
Izinkan aku meraung di bawah kakimu

Tuhan
Rasa sakit ini, hanya kau yang bisa menghapuskannya
Engkau yang memiliki segala kuasa
Engkau yang memiliki pengendalian atas hati setiap manusia

Hilangkan saja
Enyahkan saja

Tuhan,
Aku merindukanmu
Aku ingin sekali menemuimu
Aku ingin menyampaikan segelintir kisah yang mungkin sudah kau tahu

Bawalah aku menuju singgasanamu
Bawalah aku bersamamu
Biarkan aku pergi
Biarkan kutinggalkan semua mimpi ini


-fhm-

Dia

Dia membungkam mulutnya. Tak dapat berbicara. Menarik garis bibirnya dengan paksa. Dia kembali berusaha sekuat tenaga menahan rasa sakit yang mendera. Merobek. Menusuk hatinya.
Air mata pun tak dapat Dia keluarkan. Tertahan. Oleh segurat senyum di hadapannya, diiringi cerita yang membuatnya tampak begitu bahagia.

Dia mendengarkan.
Pujaan hatinya yang bercerita mengenai kekasihnya. Yang sangat dicintainya. Yang ingin dinikahinya.

Bagaimana menahan rasa sakit ini? Harus ikut bahagia atau keluar dan pergi saja?
Rasa suka yang lama terpendam. Rasa suka yang terbungkam.

Dia menyukainya. Sangat menyukainya. Bahkan lebih daripada kekasihnya.
Temannya, oh, pujaan hatinya, sudah memilih orang lain untuk menjadi pendamping hidupnya.

Dia,
Hanya nestapa.

Saturday, June 2, 2012

Pungguk Merindukan Bulan



Aku,
pungguk yang merindukan bulan
Aku,
pungguk yang kehilangan arah jalan pulang
Menunggumu
Di atas sebuah ranting, di malam yang bersemayam dingin menyelimuti genting

Aku,
pungguk yang merindukan bulan
Seberapapun tinggi aku terbang, yang kudapati hanya awan kelam

Aku hanya dapat merasakan lembayung sinarmu dari kejauhan
Memandangmu dengan sejuta angan

Dalam belukar rimbunnya semak,
Aku tersedak
Terjatuh, dan terikat rindu yang berduri
Menjerat
Menusuk

Aku si pungguk
Yang sebentar lagi mati kehausan
Tak bisakah kau cepat datang?

Mentari sudah membenciku. Membelenggu dan membakarku sambil tersenyum senang
Mentari yang menjadi kasihmu,
Yang selalu membantu menyinarimu dari kejauhan bersama kerlipan gemintang

Tapi, aku hanya si pungguk

Aku terdiam
Dalam remang, aku berjelaga
Menunggu rembulan
Merindukan rembulan

-FHM-

Sunday, May 20, 2012

Dosa Termanis

Seperti sebuah lukisan alam yang menjadi kenyataan.

Langit senja tengah bersemu merah dan jingga. Burung gereja yang berterbangan, berkicauan bernyanyi bersama, seakan sengaja membuat nyanyian irama sore yang merdu dan syahdu. Angin dengan lembut menabik dahan yang bergelayut resah, menumpahkan daun kering menghujani tanah. Matahari terlihat sangat lelah seperti ingin tertidur pulas sambil terus menyandarkan tubuhnya di ufuk barat sana.

Tidakkah kau mendengar suara anak kecil yang sedang berlarian? Melihat warna-warni balon gas yang dijual oleh lelaki paruh baya di ujung sana?

Rasanya, tidak pernah seindah ini.
Ya, tidak pernah seindah ini.

Genggaman tanganmu terasa hangat. Begitu hangat, bahkan lebih hangat dari sinaran mentari pagi tadi.

Tahukah kau, aku bahkan tidak rela untuk melepaskannya. Tidakkah kau merasakan aku menggenggammu dengan sangat erat saat ini?
Seperti elang yang sedang mencengkram mangsanya.

Aroma tubuhmu, seperti aroma bunga di taman nirwana. Hey, bahkan aku ingin selalu bersandar padamu. Pada bahumu yang kokoh seperti tebing keras di sebuah jurang. Pada bahumu yang kuat seperti batu karang yang tak goyah meski berkali-kali diterjang ombak.

Aku yang menatapmu saat ini, berusaha memperhatikan dan mengingat setiap jengkal garis wajahmu.
Alismu yang tebal dan sorot matamu yang tajam, terlihat sangat teduh. Seperti pohon tua dengan dedaunan rindang yang menghembuskan angin segar. Seperti ilalang yang tertiup angin lalu bergoyang beriringan.

Kau tersenyum. Balas menatapku.

Sirnalah sudah semua dukaku. Senyummu mampu merengkuh semua getaran cinta di dalam dadaku.

Tapi sadarkah kau?

Senyummu yang melengkung seperti garis pelangi itu, sudah membuatku menjadi seorang pesakitan egois.
Aku ingin memilikimu seperti bayi kelaparan yang ingin meminum susu. Akan selalu menangis jika belum diberikan.

Aku ingin memilikimu seperti Rama yang menginginkan Sinta. Seperti Romeo yang selalu mendambakan Juliet.

Dan tahukah kau?

Aku merasa begitu takut. Aku sangat takut, merasa seperti langit akan runtuh lalu menimpaku dan menguburku jauh masuk ke dalam tanah. Sampai aku tidak dapat bernafas. Sampai aku akhirnya mati dalam duka dan sayatan penuh luka.
Tahukah kau, aku takut untuk menghadapi kematian dalam lautan rindu kepadamu.

Jika kau mungkin bertanya padaku, apa harapanku saat ini?

Aku hanya ingin sore ini berjalan sangat lambat. Aku ingin sang empunya waktu bersantai dan beristirahat sejenak terlebih dahulu, hingga esok pagi tak mengapa kalau akan datang dengan sangat terlambat. Aku ingin senja ini menjadi lukisan yang abadi.
Aku hanya ingin digenggam olehmu jauh lebih lama. Aku hanya ingin dipelukmu sebentar lagi.

Karena kau dan aku tahu, saat esok pagi datang, semuanya akan sirna dan menghilang.
Saat esok pagi datang, dia yang ku panggil sahabat akan menunggumu dengan senyuman manisnya di depan pintu. Dia yang kau panggil kekasihmu, akan memelukmu dengan penuh kasih.

Saat esok pagi mulai datang, aku pun hanya bisa bersandiwara kembali. Seolah kau dan aku, hanya sebatas teman yang hanya bisa saling bertatapan saat kalian mulai memperlihatkan setiap bait kemesraan. Dan lalu, aku akan kembali terjun ke dasar jurang tanpa tepi, karena melihat kalian berdua bertingkah seperti angsa yang berirama menari. Menyisakan duri.

Akhirnya, entah dalam senyum atau air mata nanti, aku hanya akan dapat mengingat setiap geliat dosa yang terasa manis ini.

-FHM-

Friday, May 11, 2012

Pergi

Kaki ini melangkah berlalu
Berjalan melintasi garis kehidupan
Berjalan melewati berbagai sembilu yang memburu
Berjalan meninggalkan segala indahnya angan

Canda, riuh tawa, derai air mata
Semua bahkan sudah ku pijaki

Kaki ini seperti ingin berlari
Menuju putihnya awan dan birunya langit yang menanti
Menuju nirwana tempat di mana sejuta bunga merekah dengan senyum syurga

Semua yang telah kalian berikan dalam nostalgia kehidupan,
Akan selalu ku simpan
Semua lagu yang pernah kita nyanyikan, akan menjadi sebuah kenangan
Sebutir air mata yang menggenang,
Mungkin akan menjadi senyum yang mengembang

Aku akan pergi
Pergi dengan derai air mata kalian yang mengikuti
Atau aku akan pergi,
Dengan senyuman indah yang kalian berikan, saat meraba wajahku dalam ingatan dan angan nanti

Aku akan pergi,
Tak akan kembali

-FHM-



Thursday, May 3, 2012

Untuk Kamu

Aku membuat ini, khusus untuk kamu. Kamu yang datang tiba-tiba di depanku dan dalam sekejap mata mampu mengalihkan perhatianku. Kamu yang mempunyai sejuta pesona mengalahkan indahnya aurora senja. Kamu yang mempunyai tatapan selembut langit sore dan kamu yang memiliki senyum seperti pelangi sehabis hujan.
Membuatku ingin merengkuh bibir merah mawarmu. Menggapai setiap jengkal tubuhmu dan mendekapmu menjadikan hangat seperti api unggun di tengah dingin.

Kamu.

Aku menulis ini sambil membayangkan setiap bait yang tertulis di dalam mimik wajahmu. Dalam setiap gerak tubuhmu. Dalam lantunan tawamu yang kudengar sekali waktu itu.

Kamu, yang menatapku dengan sebuah arti yang bahkan aku tak mengerti. Kamu yang di sana berdiri bersama teman-temanmu. Dan aku yang berdiri disini memperhatikanmu.
Semua ini untuk kamu, yang sudah berjalan pergi sejak lama namun aku masih mencari. Hey, aku mencarimu. Masih mencarimu. Mencari tahu tentang kamu.

Ini untukmu, yang bahkan aku tidak mengetahui siapa namamu.

-FHM-

Sunday, April 15, 2012

Rindu

Datang begitu saja. Tidak melihat tempat dan suasana. Membakar habis waktu dan menimbulkan perasaan yang begitu menggebu.
Rindu itu indah tapi sedikit banyak membuat lelah. Menyiksa batin. Membuat pikiran jauh melayang ke sebuah objek yang ada di dalam angan.

Rindu.

Seperti jurang yang tiada bertepi. Sekali terjatuh, bahkan tidak tahu kapan kita akan mati. Tidak mempunyai dasar. Hanya membuat rasa tidak karuan yang berakar.

Rindu.

Pasti pada sebuah kenangan.
Entah pada romansa suasana, atau mungkin pada rona pesona dia yang kita puja.
Begitu hebatnya. Begitu dahsyatnya.
Bahkan kita bisa tertawa dan menangis hanya dalam sekejap mata. Lebih dari itu, rindu dapat menimbulkan amarah karena susah tergapai meski dengan jerih payah.

Rindu.

Pada sesuatu yang telah menghilang entah ke mana perginya. Pada seseorang yang hanya beberapa kali bertemu, namun wajahnya melekat erat dalam setiap kedipan mata. Pada setiap jengkal suasana, yang tidak mungkin lagi dapat terulang meski kita terus membanting tulang.

Rindu.

Masa lalu di mana kita hanya mengingat untuk sekali waktu. Memberikan perasaan haru.

Aku merindukanmu, merindukannya, merindukan kalian, merindukan setiap celah kenangan di saat itu.

- FHM -

Lembayung Pelangi

Lembayung pelangi itu datang lagi
Membawa raga menyentuh sukma, Pergi ke angkasa bersama alunan sejuta nada
Nada merdu, Nyanyian kalbu

Anak-anak yang berlarian menuju kaki pelangi,
Tertawa riang dengan wajah yang berseri
Mereka menari bersama angin sejuta peri
Lembayung pelangi, selalu hadir bersama bidadari

Suatu saat, aku pasti akan pergi
Menuju kaki pelangi
Menelusuri lembayung jingga dengan penuh arti

Ya, aku pasti akan pergi
Menuju hari indah, yang bukan lagi seperti hari ini

Lembayung pelangi
Akan  membawaku pergi bersama wangi

- FHM -

Monday, April 2, 2012

Jingga

Jingga,
Biarkan ku menyebutmu
Persis seperti langit sore yang menyala
Terlihat bagai warna lampu taman yang bercahaya
Atau bunga-bunga yang bermekaran bersama di kala senja

Pun warnamu,
Jingga tua yang menggoreskan noda merengkuh dada
Terikat senyum manis berparas teduh
Merangkul bahu terpaku asmara yang membara

Jingga,
Ibarat bola matamu yang meradang sukma
Bolehkah ku miliki warnamu
Untuk kupadukan bersama kasih yang berwarna putih

-FHM-

Malam

Saat bintang bertabur
Saat bulan bersambut
Dan saat gelap berselimut

Jagat raya menari dalam indahnya suasana lampu temaram

Bintang merona dan menyala
Bulan redup bagai memandang penuh sirat
Hembusan angin yang bertaut, apakah membisik dirimu?
Bersama sinaran teduh temaram pun kau tersenyum

Meraih tawa riuhmu,
Menggapai pesonamu

Bersama malam, aku berpangku
Seraya menyembulkan segurat rindu yang menggebu

-FHM-

Sunday, April 1, 2012

Senandung Pagi

Dalam gelapnya langit
Dalam setiap sejuk yang menyelimuti
Dalam dinginnya yang menyapa
Kau hadir di setiap riuhnya kicauan burung

Dalam hembusan nafasku,
Kau ikut bersinar bersama sang batara surya yang terseruak
Kau bersenandung dalam anganku
Kau,
Kau hadir dalam setiap senandung pagi
Kau yang selalu kutunggu

-FHM-